Jumat, 02 Desember 2011

Kopling Otomatis (Automatic Clutch)

Kopling otomatis adalah kopling yang cara kerjanya diatur oleh tinggi atau ren- dahnya putaran mesin itu sendiri, dimana pembebasan dilakukan secara otomatis, pada saat putaran rendah. Kedudukan kopling berada pada poros engkol/kruk as dan ada juga yang berkedudukan pada as primer persnelling/poros utama transmisi (main/input shaft transmisi)seperti halnya kopling mekanis.Mekanisme atau peralatan kopling otomatis tidak berbeda dengan peralatan yang terdapat pada kopling mekanis, hanya tidak ada perlengkapan handel sebagai gantinya terdapat alat khusus yang bekerja secar otomatis pula seperti:
a)otomatis kopling ; terdapat pada kopling tengah (untuk kopling yang berkedudukan pada crankshaft),
b) Bola baja keseimbangan gaya berat (roller weight);berguna untuk menekan palat dasar waktu digas,
c) per kopling yang lemah; berguna untuk menetralkan (menolkan) kopling waktu mesin hidup langsam/idle, dan d) pegas pengembali (return spring); berguna untuk mengembalikan cepat dari posisi masuk kenetral bila mesin hidup dari putaran tinggi menjadi rendah. Kopling otomatis terdiri atas dua unit kopling yaitu kopling
pertama dan kopling kedua. Kopling pertama ditempatkan pada poros engkol. Komponennya terdiri atas pasangan sepatu (kanvas) kopling, pemberat sentrifugal, pegas pengembali dan rumah kopling.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
Pada putaran stasioner/langsam (putaran rendah), putaran poros engkol tidak diteruskan ke gigi pertama penggerak (primary drive gear) maupun ke gigi pertama yang digerakkan (primary driven gear). Ini tejadi karena rumah kopling bebas (tidak berputar) terhadap kanvas, pemberat, dan pegas pengembali yang terpasang pada poros engkol.
Gambar 7.10 Konstruksi kopling otomatis tipe centripugal,
(A) centripugal tipe kanvas/sepatu, (B) centripugal tipe plat
Pada saat putaran mesin rendah (stasioner), gaya sentrifugal dan kanvas kopling, pemberat menjadi kecil sehingga sepatu kopling terlepas dari rumah kopling dan tertarik ke arah poros engkol,  akibatnya rumah kopling yang berkaitan dengan gigi pertama penggerak menjadi bebas terhadap poros engkol.Saat putaran mesin bertambah, gaya sentrifugal semakin besar sehingga mendorong kanvas kopling mencapai rumah kopling di mana gayanya lebih besar dari gaya tarik pengembali. Rumah kopling ikut berputar dan meneruskan ke tenaga gigi pertama yang digerakkan. Sedangkan kopling kedua ditempatkan bersama primary driven gear pada poros center (countershaft) dan berhubungan langsung dengan mekanisme pemindah gigi transmisi/persnelling. Pada saat gigi persnelling dipindahkan oleh pedal pemindah gigi, kopling kedua dibebaskan oleh pergerakan poros pemindah gigi (gear shifting shaft).

SILINDER HIDRAULIK

Silinder hidraulik adalah sebuah tabung yang dilengkapi dengan piston serta ruang untuk fluida. Silinder hidrulik adalah unit yang merubah energi hidraulik menjadi energi mekanik (gerakan). Berdasarkan rancangan sebuah silinder hidraulik dapat menggunakan gaya-gaya kompresi atau gaya-gaya tegang, dimana gaya tersebut tetap mulai dari awal sampai akhir dari langkah piston yang kecepatannya tergantung pada pengisian minyak per satuan waktu. Tipe silinder hidraulik yang banyak digunakan:
A. Silinder kerja tunggal
Silinder tipe ini hanya dapat memakai gaya pada satu arah saja. Langkah balik dari piston dilakukan dengan menggunakan pegas. Contoh penggunaan silinder kerja tunggal adalah system rem hydraulik tromol dimana untuk merubah energi hydraulik menjadi energi mekanik digunakan silinder roda satu piston atau dua piston
B. Silinder kerja ganda
Silinder kerja ganda dapat memindahkan gaya pada kedua arah dari gerakan. Silinder ini mempunyai dua saluran fluida, satu saluran untuk mendorong piston bergerak keluar dan satu saluran yang lain untuk mendorong piston unruk kembali ke posisi semula.
Gangguan – gangguan pada system hidraulik
Gangguan yang sering timbul pada system hidraulik dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. B o c o r
Kebocoran akan mudah dilihat bila system hidraulik sedang bekerja karena pancaran fluida lebih deras. Kemungkinan bocor terjadi pada bagian – bagian sebagai berikut:
a. Pipa atau selang
Pipa atau selang pecah karena sudah tua dan rapuh atau bergesekan dengan bagian lain dan dapat juga karena terlepas dari fittingnya. Untuk dapat mengetahui ada tidaknya gangguan kebocoran pada pipa atau selang , dapat dilakukan pemeriksaan sederhana yang tidak membutuhkan peralatan atau instrumen khusus. Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan bantuan cermin.

b. Oil seal
Oil seal berfungsi mencegah kebocoran pada system hidraulik harus selalu diperiksa secara bekala. Oil seal pada bagian silinder tenaga adalah yang paling kritis, karena selalu keluar masuk. Kotoran pada poros atau laran piston dapat dengan mudah melukai sebuah oil seal ketika didorong masuk ketempat semula. Kerusakan semacam ini dapat menyebabkan kebocoran yang hebat, sehingga system hidraulik tidak bekerja dengan sempurna bahkan tidak dapat bekerja sama sekali.Bila hal ini terjadi atsi dengan cepat kebocoran yangtimbul disekelilng poros atau laras piston tersebut, sebelum menjadi kebocoran yang besar. Karena oil seal bersifat peka harus dipasang dengan hati-hati dan sesuai petunjuk pabrik.

2. Terlalu panas
Temperatur pada reservoir hiraulik harus konstan sesuai anjuran dari pabrik, bila system hidraulik terlalu panas yang paling mudah adalah memeriksa oil coollernya, apakah dalam keadaan bersih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Panas yang terjadi pada system hidraulik kemungkinan akibat gangguan pada:
a. Adanya udara palsu
Adanya udara palsu pada sistem hidraulik dapat menaikan temperatur karena udara bila dikompresi temperaturnya akan naik, pada tekanan 140 kg/cm2 temperatur udara dapat mencapai 110 derajat Celcius. Bila ini yang terjadi lakukan langkah – langkah pengeluaran udara melalui katup atau nipel yang tersedia.
b. Bocor internal
Bocor ini tidak terlihat karena terjadi pada bagian dalam komponen dari system hidraulik, sehingga bila ingin mengetahui adanya kebocoran harus melakukan pembongkaran pada komponen yang diduga ada kebocoran contohnya:
· Pompa hidraulik
· Control valve
· Relief valve

Tipe Koil Pengapian

Terdapat tiga tipe utama koil pengapian yang umum digunakan pada sepeda motor, yaitu:
a. Tipe Canister
Tipe ini mempunyai inti besi di bagian tengahnya dan kumparan sekunder mengelilingi inti besi tersebut. Kumparan primernya berada di sisi luar kumparan sekunder. Keseluruhan komponen dirakit dalam satu rumah di logam canister. Kadang-kadang canister diisi dengan oli (pelumas) untuk membantu meredam panas yang dihasilkan koil. Kontsruksi tipe canister seperti terlihat pada gambar  di bawah ini. 
 
b. Tipe Moulded
Tipe moulded coil merupakan tipe yang sekarang umum digunakan. Pada tipe ini inti besi di bagian tengahnya dikelilingi oleh kumparan primer, sedangkan kumparan sekunder berada di sisi luarnya. Keseluruhan komponen dirakit kemudian dibungkus dalam resin (damar) supaya tahan terhadap getaran yang biasanya ditemukan dalam sepeda motor. Tipe moulded coil menjadi pilihan yang populer sebab konstruksinya yang tahan dan kuat. Pada mesin multicylinder (silinder banyak) biasanya satu coil melayani dua busi karena mempunyai dua kabel tegangan tinggi dari kumparan sekunder.
c. Tipe Koil gabungan (menyatu) dengan tutup busi (spark plug)
Tipe koil ini merupakan tipe paling baru dan sering disebut sebagai koil batang (stick coil). Ukuran besar dan beratnya lebih kecil dibanding tipe moulded coil dan keuntungan palng besar adalah koil ini tidak memerlukan kabel tegangan tinggi.

BUSI



Tegangan tinggi yang dihasilkan oleh kumparan sekunder koil pengapian, setelah melalui rangkaian tegangan tinggi akan dikeluarkan  diantara elektroda tengah (elektroda positif) dan elektroda sisi (elektroda negatif) busi berupa percikan bunga api. Tujuan adanya busi dalam hal ini adalah untuk mengalirkan pulsa atau arus tegangan tinggi dari tutup  (terminal) busi ke bagian elektroda tengah ke elektroda sisi melewati celah udara dan kemudian berakhir ke masa (ground). Busi merupakan bagian (komponen) sistem pengapian yang bisa habis, dirancang untuk melakukan tugas dalam waktu tertentu dan harus diganti dengan yang baru jika busi sudah aus atau terkikis.

1. Konstruksi busi
Bagian paling atas dari busi adalah terminal yang menghubungkan kabel tegangan tinggi. Terminal ini berhubungan dengan elektroda tengah yang biasanya terbuat dari campuran nikel agar tahan terhadap panas dan elemen perusak dalam bahan bakar, dan sering mempunyai inti tembaga untuk membantu membuang panas. Pada beberapa busi elektroda terbuat dari campuran perak, platina, paladium atau emas. Busi-busi ini dirancang untuk memberikan ketahanan terhadap erosi yang lebih besar serta bisa tetap bagus.
Elektroda tengah melewati isolator (penyekat) keramik yang terdapat pada bagian luarnya. Isolator ini berfungsi untuk melindungi elektroda tengah dari kebocoran listrik dan melindungi dari panas mesin. Untuk mencegah kebocoran gas terdapat seal (perapat) antara elektroda tengah dengan isolator dan antara isolator dengan bodi busi. Bodi busi dibuat dari baja dan biasanya diberi pelat nikel untuk mencegah korosi. Bagian atas luar bodi berbentuk hexagon (sudut segi enam) yang berfungsi untuk mengeraskan (memasang) dan mengendorkan (membuka) busi. Pada bagian bawahnya dibuat ulir agar busi bisa disekrupkan (dipasang) ke kepala silinder. Pada bagian ujung bawah busi terdapat elektroda sisi atau elektroda negatif. Elektroda ini dilas ke bodi busi untuk jalur ke masa saat terjadi percikan. Terdapat dua tipe dudukan (seat) busi yaitu berbentuk datar dan kerucut. Dudukan busi merupakan bagian dari bodi busi pada bagian atas ulir yang akan bertemu/berpasangan dengan kepala silinder. Jika dudukan businya berbentuk datar, maka terdapat cincin perapat (sealing washer), sebaliknya jika dudukannya berbentuk kerucut maka tidak memerlukan cincin perapat. Kemampuan dalam menghasilkan bunga api tergantung pada beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
a. Bentuk elektroda busi
Elektroda busi yang bulat akan mempersulit lompatan bunga api sedangkan bentuk persegi dan runcing dan tajam akan mempermudah loncatan api. Elektroda tengah busi akan membulat setelah dipakai dalam waktu lama, oleh karena itu loncatan bunga api akan menjadi lemah dan menyebabkan terjadinya kesalahan pengapian, sebaliknya elektroda yang tipis atau tajam akan mempermudah percikan bunga api, akan tetapi umur penggunaannya menjadi pendek karena lebih cepat aus.
b. Celah Busi
Bila celah elektroda busi lebih besar, bunga api akan menjadi sulit melompat dan tegangan sekunder yang diperlukan untuk itu akan naik.Bila elektroda busi telah aus, berarti celahnya bertambah, loncatan bunga api menjadi lebih sulit sehingga akan menyebabkan terjadinya kesalahan pengapian.

SISTEM PELUMASAN SEPEDA MOTOR DUA LANGKAH

Sistem pelumasan pada sepeda motor dua langkah tidak sama dengan dengan sepeda motor empat langkah. Pada sepeda motor dua langkah transmisi nya diberi pelumasan tersendiri terpisah dengan poros engkol. Hal ini dikarenakan terpisahnya ruang transmisi dengan ruang engkol, makanya mesin dua langkah harus menggunakan dua macam minyak pelumas. Seperti kita ketahui bahwa kontruksi bak engkol motor dua langkah terbagi ke dalam dua bagian antara lain bak engkol untuk perangkat motor bakar dan bak engkol untuk perangkat kopling, dan gigi transmisi. Sistem pelumasan sepeda motor dua langkah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sistem Pelumasan Campur.
Pada sistem ini oli dicampurkan dengan bahan bakar (bensin) pada tangki. Contohnya adalah pada sepeda  motor vespa. Sistem campur langsung banyak digunakan pada sepeda motor lama seperti Vespa. Pada sistem ini oli sebagai pelumas dicampurkan langsung ke dalam tangki bensin. Perbandingan antara oli dengan bensin antara 1: 20 sampai dengan 1: 50, tergantung pada keperluannya. Besarnya oli yang dicampur ke dalam bensin tersebut didasarkan pada kebutuhan pelumasan pada putaran tinggi, agar mutu pelumas dan perbandingannya memenuhi syarat sebaiknya pencampurannya dilakukan sendiri dengan memperhatikan mutu oli pelumas dan prosentase perbandingannya. Oli yang digunakan untuk mesin tidak sama dengan oli yang digunakan untuk transmisi. Oli mesin lebih encer. Kekentalan oli tersebut ditandai dengan bilangan SAE (The Society Of Automotive Engineer). Semakin besar SAE-nya semakin kental minyak pelumas tersebut. Cara mencampur oli dengan bensin adalah sebagai berikut:
• Siapkan satu tempat bensin dalam ukuran liter yang sudah diketahui dengan pasti volumenya.
• Isikan bensin ke dalam tempat penampungan tersebut sampai  penuh atau sesuai dengan kebutuhan.
  Ingat  volume bensin yang  diisikan harus diketahui.
• Isikan oli ke dalam bensin dengan perbandingan sesuai dengan ketentuannya.
• Aduk dengan batang yang bersih atau kocok agar bensin dan oli benar-benar bercampur.
• Isikan campuran bensin dan oli tersebut ke dalam tangki bensin kendaraan.
2. Pelumasan sistem terpisah (untuk produk Yamaha dinamakan dengan Auto lube).
Pada sistem ini oli ditampung pada tempat tersendiri. Oleh karena itu digunakan dua jenis minyak pelumas, yaitu pelumasan untuk bak engkol dan pelumasan untuk motornya. Untuk menjalankan tugas tersebut, sistem ini dilengkapi dengan pompa oli. Contoh lainnya adalah Sistem pelumasan CCI yang digunakan pada sepeda motor Suzuki. CCI itu sendiri singkatan dari Crankshaft,  Cylinder oil Injection yang artinya oli pelumas disuntikkan pada bagian poros engkol dan silinder.Cara kerja sistem CCI adalah sebagai berikut, oli pelumas ditempatkan pada tangki khusus dan biasanya ditempatkan disebelah  bawah jok tempat duduk. Bila mesinnya kita hidupkan berarti pompa oli dapat bekerja dan mengalirlah oli pelumas yang ada pada tangki menuju pompa oli setelah masuk pada pompa oli kemudian disebar dengan bantuan gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh pompa oli tersebut, oli yang disebar ini disalurkan kemasing-masing pipa salurannya. Salah satu dari saluran oli pelumas dihubungkan pada lubang di atas bak engkol, di mana lubang tersebut tembus sampai ke bagian bantalan peluru yang menunjang poros engkol, oli pelumas yang masuk: pada lubang ini akan diteruskan sampai ke bagian ujung besar batang piston guna melumasi bantalan-peluru yang ada pada ujung besar batang piston tersebut. Sedangkan saluran yang satu lagi dihubungkan dengan sebuah lubang yang ada dibagian atas bak engkol, kemudian lubang ini tembus pada lubang yang terdapat di dalam blok silinder, ujung dari saluran oli ini berakhir pada lubang masuk (inlet port). Oli pelumas yang ke luar dari tengah lubang masuk (inlet port) ini akan turut terbawa bersama campuran bensin dan udara ke dalam bak engkol berupa kabut, kabut oli ini akan digunakan untuk melumasi lubang silinder, bantalan peluru pada ujung kecil batang piston dan bantalan-bantalan peluru penopang poros engkol. Perjalanan oli pelumas yang tidak hanya sampai pada bagian bak engkol saja, akan tetapi terus turut terbawa bersama bahan bakar menuju proses pembakaran dan oli pelumas tersebut habis terbakar. Oleh sebab itu sistern pelumasan semacam ini, baik itu yang menggunakan sistem CCI, Autolub atau sistem campur langsung dengan bensin pada tangki (vespa), kesemuanya itu dapat disebut menggunakan sistem TOTAL LOSS. Untuk melumasi perangkat kopling (clutch) atau gigi-gigi transmisi digunakan oli pelumas tersendiri, yang mana oli pelumas ini tidak boleh turut masuk atau terhisap pada bagian motor bakarnya. Agar oli pelumas ini tidak turut masuk pada bak engkol, maka pada bagian poros engkolnya selalu dilengkapi dengan sekat oil (oil seal).

KONDENSOR

Saat arus primer mengalir akan terjadi hambatan pada arus tersebut, hal ini disebabkan oleh induksi diri yang terjadi pada waktu arus mengalir pada kumparan primer. Induksi diri tidak hanya terjadi pada waktu arus primer mengalir, akan tetapi juga pada waktu arus primer diputuskan oleh platina saat mulai membuka. Pemutusan arus primer yang tiba-tiba pada waktu platina membuka, menyebabkan bangkitnya tegangan tinggi sekitar 500 V pada kumparan primer. Induksi diri tersebut, menyebabkan sehingga arus prima tetap mengalir dalam bentuk bunga api pada celah kontak. Hal ini terjadi karena gerakan pemutusan platina cenderung lebih lambat dibanding gerakan aliran listrik yang ingin terus melanjutkan alirannya ke masa/ground. Jika terjadi loncatan bungai api pada platina tersebut saat platina mulai membuka, maka pemutusan arus primer tidak terjadi dengan cepat, padahal tegangan yang dibangkitkan pada kumparan sekunder naik bila pemutusan arus primer lebih cepat. Untuk mencegah terjadinya loncatan bunga api pada platina seperti percikan api pada busi, maka dipasang kondensor pada rangkaian pengapian. Pada umumnya kondensor dipasang (dirangkai) secara paralel dengan platina.
Gambar Kondensor
Dengan adanya kondensor, maka induksi diri pada kumparan primer yang terjadi waktu platina membuka, disimpan sementara pada kondensor, sekaligus akan mempercepat pemutusan arus primer. Kemampuan dari suatu kondensor ditunjukkan oleh seberapa besar kapasitasnya. Kapasitas kondensor diukur am satuan mikro farad (µf), misalnya kapasitor dengan kapasitas 0,22µf atau 0,25µf. Agar fungsi kondensor bisa benar-benar mencegah terbakarnya platina karena adanya loncatan bunga api pada paltina tersebut, maka kapasitas kondensor harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

CONTACT BREAKER (PLATINA)

Platina pada sistem pengapian berfungsi untuk memutus-hubungkan tegangan baterai ke kumparan primer. Platina bekerja seperti switch (saklar) yang menyalurkan supply listrik ke kumparan primer koil dan memutuskan aliran listrik untuk menghasilkan induksi. Pembukaan dan penutupan platina digerakkan secara mekanis oleh cam/nok yang menekan bagian tumit dari platina pada interval waktu yang ditentukan. Pada saat poros berputar maka nok akan mendorong lengan platina kearah kontak membuka dan selanjutnya apabila nok terus berputar lebih jauh maka platina akan kembali pada posisi menutup demikian seterusnya. Pada waktu platina menutup, maka arus mengalir ke rangkaian primer sehingga inti besi pada koil pengapian akan jadi magnet. Saat platina membuka, maka kemagnetan inti besi akan hilang dengan tiba-tiba. Kehilangan kemagnetan pada inti besi tersebut akan dapat membangkitkan tegangan tinggi (induksi) pada kumparan sekunder. Tegangan tinggi akan disalurkan ke busi, sehingga timbul loncatan bunga api pada celah elektroda busi untuk membakar campuran bensin dan udara pada akhir langkah kompresi.Permukaan kontak platina dapat terbakar oleh percikan bunga api tegangan tinggi yang dihasilkan oleh induksi diri pada kumparan primer, oleh karena itu platina harus diperiksa dan diganti secara periodis. Karena platina sangat penting untuk menentukan performa sistem pengapian (konvensional), maka dalam pemeriksaannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut;1. Tahanan kontak platina
Oksidasi/kerak kotoran yang terjadi pada permukaan permukaan platina akan semakin bertambah dan semakin buruk sebanding umur pemakaiannya.Bertambahnya lapisan oksidasi membuat permukaan platina semakin kasar/kotor dan memperbesar tahanannya, sehingga aliran arus pada rangkaian primer koil menjadi berkurang.
Faktor-faktor di bawah ini menyebabkan tahanan kontak platina
semakin bertambah, yaitu:
1. Jika bahan ini melekat pada kontak platina, maka kontak akan bertambah hangus oleh loncatan bunga api, sehingga menambah tahanan kontak. Oleh karena itu, pada saat mengganti kontakplatina harus diperhatikan agar oli atau gemuk tidak menempel pada celah kotak. Usahakan selalu membersih-kan celah kontak (air gap) saat akan melakukan pemasangan.
2. Celah Tumit EbonitUntuk menghindari aus yang terlalu cepat, sebaiknya beri gemuk pada tumit ebonit tersebut. Jika tumit ebonit aus dapat menyebabkan platina tidak bisa terbuka saat cam berputar sehingga sehingga tidak akan terjadi loncatan bunga api dan mesin bisa mati.
3. Sudut Dwell
Sudut pengapian merupakan sudut yang diperlukan untuk satu kali pengapian pada satu silinder motor. Di mana secara detail dapat diterangkan sebagai sudut putar nok/cam saat platina mulai membuka sampai platina mulai membuka pada tonjolan nok/kam berikutnya.

Thermostaat

Bila mesin terlalu panas atau terlalu dingin, maka mesin sepeda motor akan mengalami bermacam-macam gangguan. Gangguan yang diakibatkan karena terjadinya kelebihan panas (overheating) pada mesin adalah sebagai berikut:
a. Bagian atas piston dapat berubah bentuk apabila suhunya terlalu tinggi dan kehilangan kekuatannya. Sebagai contoh pada  aluminium. Kekuatannya akan hilang kira-kira sepertiganya pada   suhu 300  derajat Celcius bila dibandingkan pada suhu normal.
b. Gerakan komponen-komponen engine akan terhalang karena ruang bebas (clearence) semakin kecil disebabkan pemuaian dari komponen mesin yang menerima panas berlebihan.
c. Akan timbul tegangan thermal yang dihasilkan oleh panas karena perubahan suhu dari suatu tempat ketempat lain. Sehingga silinder menjadi tidak bulat akibat deformasi thermal. Hal ini menyebabkan ring piston patah dan piston macet.
d. Berpengaruh terhadap thermal resistence bahan pelumas. Jika   250 derajat  C suhu naik sampai pada alur ring piston, pelumas berusaha menjadi karbon dan ring piston akan macet (Ring stick) sehingga tidak  ber- fungsi sebagaimana mestinya. Pada suhu 300 derajat C pelumas cepat berubah menjadi hitam dan sifat pelumasnya turun, piston akan macet sekalipun masih mempuyai clereance.
e. Terjadinya pembakaran yang tidak normal. Motor bensin cendrung untuk knock. Jika knock terjadi suhu naik pada piston dan terjadi pembakaran dini ( Pre Ignition mudah terjadi). Sebaliknya bila mesin terlalu dingin, gangguan yang terjadi yaitu:
a. Pada motor bensin bahan bakar agak sukar menguap dan campuran udara bahan bakar-udara menjadi gemuk. Hal ini menyebabkan pembakaran menjadi tidak sempurna.
b. Kalau pelumas terlalu kental, akan mengakibatkan mesin mendapat tambahan tekanan.
c. Uap yang terkandung dalam gas pembakaran akan berkondensi pada suhu kira-kira 50 derajat celcius    pada tekanan atmosfir.
Titik air akan menempel pada dinding silinder, hal ini akan mempercepat  keausan silinder dan ring torak. Ini disebut sebagai keausan karena korosi pada suhu rendah. Untuk mengatasi gangguan-gangguan yang disebutkan tadi, digunakanlah thermostaat yang dirancang untuk mempertahankan temperatur cairan pendingin dalam batas yang diizinkan. Antara lain dari cara memeriksa thermostaat yaitu: dengan cara memperhatikan sirkulasi air pendinginnya atau dengan menguji thermostaat dalam air panas.

IGNITION COIL (KOIL PENGAPIAN)

Untuk menghasilkan percikan, listrik harus melompat melewati celah udara yang terdapat di antara dua elektroda pada busi. Karena udara merupakan isolator (penghantar listrik yang jelek), tegangan yang sangat tinggi dibutuhkan untuk mengatasi tahanan dari celah udara tersebut, juga untuk mengatasi sistem itu sendiri dan seluruh komponen sistem pengapian lainnya. Koil pengapian mengubah sumber tegangan rendah dari baterai atau koil sumber (12 V) menjadi sumber tegangan tinggi (10 KV atau lebih) yang diperlukan untuk menghasilkan loncatan bunga api yang kuat pada celah busi dalam sistem pengapian. Pada koil pengapian, kumparan primer dan sekunder digulung pada inti besi. Kumparan-kumparan ini akan menaikkan tegangan yang diterima dari baterai menjadi tegangan yang sangat tinggi melalui induksi elektromagnetik. Inti besi (core) dikelilingi kumparan yang terbuat dari baja silicon tipis. Terdapat dua kumparan yaitu sekunder dan primer di mana lilitan primer digulung oleh lilitan sekunder. Untuk mencegah terjadinya hubungan singkat (short circuit) maka antara lapisan kumparan disekat dengan kertas khusus yang mempunyai tahanan sekat yang tinggi. Ujung kumparan primer dihubungkan dengan terminal negatif primer, sedangkan ujung yang lainnya dihubungkan dengan terminal positif primer. Kumparan sekunder dihubungkan dengan cara serupa di mana salah satunya dihubungkan dengan kumparan primer lewat (pada) terminal positif primer yang lainnya dihubungkan dengan tegangan tinggi malalui suatu pegas dan keduanya digulung.
Arus yang mengalir pada rangkaian primer tidak akan segera mencapai maksimum, karena adanya perlawanan oleh induksi diri pada kumparan primer. Diperlukan waktu agar arus maksimum pada rangkaian primer dapat tercapai. Bila arus mengalir dalam kumparan primer dan kemudian arus tersebut diputuskan tiba-tiba, maka akan dibangkitkan tegangan dalam kumparan primer berupa induksi sendiri sebesar 300 – 400 V, searah dengan arus yang mengalir sebelumnya. Arus ini kemudian mengalir dan disimpan untuk sementara dalam kondensor. Apabila platina menutup kembali maka muatan listrik yang ada dalam kondensor tersebut akan mengalir ke rangkaian, sehingga arus primer segera menjadi penuh. Jika dua kumparan disusun dalam satu garis (dalam satu inti besi) dan arus yang mengalir kumparan primer dirubah (diputuskan), maka akan terbangkitkan tegangan pada kumparan sekunder berupa induksi sebesar 10 KV atau lebih. Arahnya berlawanan dengan garis gaya magnet pada kumparan primer. Tegangan terbangkit pada kumparan sekunder. Pada saat kunci kontak di-on-kan, arus mengalir pada gulungan primer (demikian juga saat kunci kontak off) garis gaya magnet yang telah terbentuk tiba-tiba menghi-lang, akibatnya pada kum-paran sekunder terbangkit tegangan tinggi. Sebaliknya apabila kunci kontak dihubungkan kembali, maka pada kumparan sekunder juga akan dibangkitkan tegangan dengan arah yang berlawanan dengan pembentukan garis gaya magnet pada kumparan primer (berlawanan dengan yang terjadi saat arus diputuskan). Koil pengapian dapat  membangkit- kan tegangan tinggi apabila  arus primer tiba-tiba diputuskan dengan membuka platina. Hubungan antara kumparan primer dan sekunder.
Besarnya arus primer yang mengalir tidak segera mencapai maksimum pada saat platina menutup, karena arus tidak segera mengalir pada kumparan primer. Adanya tahanan dalam kumparan tersebut, mengakibatkan perubahan garis gaya magnet yang terjadi juga secara bertahap. Tegangan tinggi yang terinduksi pada kumparan sekunder juga terjadi pada waktu yang sangat singkat. Besamya tegangan yang dibangkitkan oleh kumparan sekunder ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Banyaknya Garis Gaya Magnet
Semakin banyak garis gaya magnet yang terbentuk dalam kumparan, semakin besar tegangan yang diinduksi.
2. Banyaknya Kumparan
Semakin banyak lilitan pada kumparan, semakin tinggi tegangan yang diinduksikan.
3. Perubahan Garis Gaya Magnet
Semakin cepat perubahan banyaknya garis gaya magnet yang dibentuk pada kumparan, semakin tinggi tegangan yang dibangkitkan kumparan sekunder. Untuk memperbesar tegangan yang dibangkitkan pada kumparan sekunder, maka arus yang masuk pada kumparan primer harus sebesar mungkin dan pemutusan arus primer harus juga secepat mungkin.

REM CAKRAM (DISC BRAKE)

Pada rem cakram tipe hidrolis sebagai pemindah gerak handel menjadi gerak pad, maka digunakanlah minyak rem. Ketika handel rem  ditarik, piston di dalam silinder master akan terdorong dan menekan minyak rem keluar silinder. Melalui selang rem tekanan ini diteruskan oleh minyak rem untuk mendorong piston yang berada di dalam silinder caliper. Akibatnya piston pada caliper ini mendorong pad untuk mencengkram cakram, sehingga  terjadilah aksi pengereman. 
Cara kerja rem cakram:
Saat tangkai rem atau pedal digerakkan, master silinder mengubah gaya yang digunakan kedalam tekanan cairan. Master silinder ini terdiri dari sebuah reservoir yang berisi cairan minyak rem dan sebuah silinder yang mana tekanan cair diperoleh. Reservoir biasanya dibuat dari plastik atau besi tuang atau aluminium alloy dan tergabung dengan silinder. Ujung dari pada master silinder di pasang tutup karet untuk memberikan seal yang baik dengan silindernya, dan pada ujung yang lain juga diberikan tutup karet untuk mencegah kebocoran cairan.
Cara kerjanya:
Saat tangki rem ditekan, piston mengatasi kembalinya spring danbegerak lebih jauh. Tutup piston pada ujung piston menutup port kembali dan piston bergerak lebih jauh. Tekanan cairan dalam master silinder meningkat dan cairan akan memaksa caliper lewat hose dari rem (brake hose). Saat tangkai rem dilepaskan/dibebaskan, piston tertekan kembali ke reservoir lewat port kembali (lubang kembali). Adapun keuntungan dari  mengguna kan rem cakram (Disk Brake) adalah sebagai berikut:
1. Panas akan hilang dengan cepat dan memiliki sedikit kecendrungan menghilang pada saat disk dibuka.    Sehingga pengaruh rem yang stabil dapat terjamin. 
2. Tidak akan ada kekuatan tersendiri seperti rem sepatu yang utama pada saat dua buah rem cakram digunakan, tidak akan ada perbedaan tenaga pengereman pada kedua sisi kanan dan kiri dari rem. Sehingga sepeda motor tidak mengalami kesulitan untuk tertarik kesatu sisi. 
3. Sama jika rem harus memindahkan panas, Clearence antara rem dan bantalan akan sedikit berubah. Kerena itu tangkai rem dan pedal dapat beroperasi dengan normal. 
4. Jika rem basah, maka air tersebut akan akan dipercikkan keluar dengan gaya Sentrifugal. Dari beberapa keuntungan di atas rem cakram terutama digunakan untuk rem depan. Karena pada saat rem digunakan sebagian besar beban dibebankan kebagian depan maka perlu menempatkan rem cakram pada rem depan. Baru-baru ini untuk meningkatkan tenaga pengereman digunakan double disc brake sistem (rem cakram untuk rem depan dan belakang).